Prabowo Malu dengan Mahathir Mohamad, Kenapa? -->

Iklan Semua Halaman

Prabowo Malu dengan Mahathir Mohamad, Kenapa?

Monday, May 21, 2018

Prabowo malu dgn Mahatir Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyambangi Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu, (16/5). Kedatangan Prabowo untuk membahas perkembangan politik terkini termasuk adanya serangkaian teror. (Liputan6.com/JohanTallo)

Lalulintaskriminalitas.com, Jakarta - Di usianya yang menginjak 92 tahun, Mahathir Mohamad kembali terpilih menjadi Perdana Menteri Malaysia. Kemenangan Mahathir atas petahana Najib Razak sekaligus menjadi kekalahan perdana Barisan Nasional semenjak Malaysia merdeka 60 tahun silam.

Kemenangan Mahathir ini menginspirasi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memantapkan diri di Pilpres 2019 mendatang.

"Malu saya dengan Mahathir Mohamad. Anak-anak muda Malaysia memilih Mahathir yang berusia 92 tahun. Rakyat itu cerdas, tahu pemimpin yang tak ambisi," kata Prabowo.

Prabowo mengaku, niatnya maju di Pilpres 2018 bukan karena ambisi pribadi dan mencari kekayaan. Seperti Mahathir, dia bakal maju dalam Pilpres karena terpanggil memajukan bangsa.

Prabowo juga menyinggung, bahwa rakyat akan memilih pemimpin-pemimpin yang jujur dan mendambakan hilangnya praktik-praktik korupsi di segala sektor.

Sebagaimana isu skandal korupsi 1MDB yang diduga dilakukan oleh Najib Razak menjadi landasan warga Malaysia beralih ke Mahathir.


"Banyak juga anak muda, pemimpin kita, yang tersandung korupsi. Anak muda berpikiran maju bakal memilih pemimpin yang tidak korup," ujarnya.

Dalam orasinya, Prabowo juga menyampaikan sejumlan pandangan. Di antaranya perlunya kesadaran nasional, mirisnya kekayaan Indonesia, dan demokrasi Indonesia yang dia nilai telah dikuasai para pemodal besar serta aksi terorisme.

Bicara soal rentetean aksi teror, Prabowo mengingatkan agar pemerintah dan aparat penegak hukum tidak menganggap remeh aksi terorisme. Prabowo menilai terorisme adalah ancaman dan bahaya besar bagi setiap negara di dunia.

Prabowo mengakui, perkembangan teknologi kerap membuat paham radikal dengan cepat menyebar. Masalah ini menjadi tantangan nyata bagi pemerintah Indonesia.

Tak hanya itu, Prabowo menyebut, lembaga-lembaga terkait perlu bekerja lebih keras untuk menjamin keamanan nasional berjalan kondusif.

"Kekuatan kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. Semua unsur bangsa saya kira mengutuk hal-hal seperti ini. Tapi ini dibutuhkan kerja ekstra keras bagi semua lembaga terutama lembaga-lembaga penegak keamanan dan ketertiban," tandas Prabowo.

Reporter: Abdul Aziz
Sumber : Liputan6.com