Pemda Bengkalis Bekerjasama dengan Project Gambut UNOPS, Taja PelatihanPencegahan Kerentanan Kebakaran Lahan dan Hutan -->

Iklan Semua Halaman

Pemda Bengkalis Bekerjasama dengan Project Gambut UNOPS, Taja PelatihanPencegahan Kerentanan Kebakaran Lahan dan Hutan

Tuesday, October 11, 2016

LALULINTASKRIMINALITAS.COM, BENGKALIS - Dalam berbagai pembicaraan mengenai pemanasan global dan perubahan iklim, Provinsi Riau telah menjadi pusat perhatian nasional, regional bahkan menjadi perhatian dunia internasional. Provinsi Riau khususnya Kabupaten Bengkalis menjadi salah satu pemeran penting dalam upaya pengurangan gas emisi dan perbaikan iklim.

Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Bengkalis bekerja sama dengan  project gambut United Nations Office for Project Services (UNOPS) mengadakan  pelatihan, pada Senin (10/10/2016) mengenai penandaan kerentanan kebakaran lahan dan hutan dengan menggunakan sistem resiko kebakaran (fire risk system) dan tagging. Acara yang ditaja di aula Twin Hotel selama 5 hari (10 sampai 14 Oktober) ini, bertindak selaku  narasumber Adi R dan Syamsir dari Institute Teknologi Bandung  dan Akira Moretto dari UNOPS.

Bupati Bengkalis Amril Mukminin dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Haholongan, mengatakan, bencana kebakaran dan asap sering terjadi di beberapa Daerah di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau termasuk Kabupaten Bengkalis. hal ini bisa terjadi setiap tahun-nya setelah memasuki musim kemarau, dari bulan Agustus sampai November, seperti yang terjadi pada tahun 2015 lalu. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya terjadi pada masalah hutan dan lahan, tetapi merusak lingkungan dengan menurunkan biodiversitas serta meningkatkan emisi karbon. Dan yang paling nyata memberikan dampak terhadap masalah ekonomi dan kesehatan.

Selanjutnya selain menyumbang emisi yang signifikan, kebakaran telah menimbulkan banyak kerugian misalnya, kerugian material, dampak asap-nya secara langsung terjadi pada lingkungan dengan berkurangnya hutan dan ekosistem, serta menurunnya fungsi hidrologi gambut juga sangat dirasakan khususnya oleh masyarakat yang berperikehidupan di sekitar kawasan gambut yang terbakar” Ungkap Haholongan..

“Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari lahan gambut dibutuhkan kebijakan yang tepat dan sesuai untuk mengurangi risiko kebakaran. termasuk di dalamnya mengidentifikasi daerah rawan dan memberlakukan kebijakan khusus seperti: pelarangan sementara konversi lahan, meningkatkan rencana pencegahan kebakaran, merehabilitasi lahan gambut dan meningkatkan pengelolaan air dalam skema lahan pertanian.”

Berkaitan dengan hal tersebut, project gambut  merespon perkembangan dramatis jangka panjang dalam kerentanan kebakaran di lahan gambut di Indonesia. Pada intinya proyek gambut  adalah sistem resiko kebakaran (frs) yang berbasis komputer.  Alat pemodelan risiko dengan output spasial yang membantu pihak terkait untuk mengidentifikasi potensi terjadinya api di lahan dan hutan.

frs dikembangkan oleh ipb (ccrom-seap) dan earth institute columbia university, dengan dukungan dari Unops, Unep dan pendanaan dari usaid. Proyect gambut berupaya untuk mengarusutamakan pengelolaan hutan dan gambut secara antisipatif terhadap resiko kebakaran di dalam proses perencanaan pembangunan di wilayah yang memiliki resiko tinggi terhadap kebakaran, sehingga dapat menurunkan insiden hotspot dan mengurangi dampak kabut dan emisi gas rumah kaca dari sektor penggunaan lahan.

Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan Polres Bengkalis AKP Selamat Suryadi, Camat Bengkalis Sapon, Kapolsek Bengkalis S. Suryadi, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan  Herman Mahmud,  Direktur Politeknik Negeri Bengkalis serta Kepala SKPD di lingkup Pemerintah Bengkalis. (mdoG)
Humas Bengkalis