Lalulintaskriminalitas.com, JAKARTA - Sudah malam keenam Heri Sugiri tidur di seberang Istana Negara. Tapi, Presiden Jokowi belum juga menemui atau menerimanya di Istana. Heri kecewa Jokowi sama sekali tidak peduli dengan kesengsaraan awak mobil tanki (AMT) Pertamina.
Ditemui Kantor Berita Politik RMOL dini hari tadi (Selasa, 15/1), Heri sedang merebahkan tubuhnya di pelataran pintu timur Monumen Nasional (Monas). Tanpa alas. Kesal campur marah terpancar dari wajah Heri."Kami bermalam di sini bersama istri dan anak dengan beralaskan terpal seadanya belum juga ada perhatian dari Pak Jokowi. Malah Agnes Monica yang dipanggil Pak Jokowi ke Istana," ucap Heri.
Heri kesal betul lantaran Jokowi lebih memilih memberi karpet merah kepada Agnes Monica. Artis sekaligus penyanyi kondang pemilik nama Agnes Monica Muljoto itu dijamu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jumat (11/1) pekan lalu. Ia diterima Jokowi untuk sekedar berbagi cerita soal mimpi generasi muda.
"Malah seorang Agnes Monica yang dipanggil Presiden ketimbang kami yang mengharapkan keadilan dari seorang Presiden. Agnes Monica selebriti glamor dan kaya. Kenapa kami yang sengsara tidak diperhatikan. Kami mau meminta keadilan kepada Bapak Jokowi terkait hak hidup yang sudah dirampas oleh Pertamina Patra Niaga," ucapnya.
Heri tidak sendirian. Dia menginap di seberang Istana bersama 629 AMT lainnya. Mereka adalah sopir dan kernet Pertamina Patra Niaga yang dulu mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) dari 10 terminal bahan bakar (depo) ke satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU). Jumlah yang menginap sudah termasuk istri dan anak-anak yang ikut serta dalam unjuk rasa.
Mereka dari Banyuwangi, Surabaya, Tegal, Bandung, Sukabumi, Bogor, Jakarta, dan Lampung. Delapan orang diantaranya berasal dari Makassar. Mereka dulu AMT di Elnusa Petrofin yang juga anak perusahaan Pertamina. Ikut aksi bersama Heri dan kawan-kawan karena bernasib sama: korban PHK sepihak!
Kebanyakan dari mereka tidur di bawah tenda beratapkan terpal yang diikatkan pada tiang-tiang bambu. Terpal seadanya juga mereka gunakan sebagai alas. Yang tidak kebagian terpaksa tidur dengan beratapkan langit dan tanpa alas.
"Itu 20 kuburan. Kawan-kawan kami mengubur diri. Kami gantian mengubur diri. Setiap empat jam ganti," kata Heri sambil menunjuk sebelah timur tenda.
Heri mengatakan PHK ilegal dilakukan melalui SMS. Mereka yang di-PHK sudah bekerja minimal 3 tahun dan maksimal 18 tahun. Tidak ada uang pesangon yang diterima. Tidak sedikit AMT yang di-PHK berusia 50 tahun ke atas.
PHK dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan pertengahan 2016 terhadap 470 sopir dan kernet. Tak terima, mereka lantas melakukan unjuk rasa dan menempuh jalur hukum. Sopir dan kernet lainnya tergugah dan ikut menyampaikan protes dengan serikat pekerja. Menjawab protes itu, perusahaan kembali melakukan PHK. Total sopir dan kernet yang di-PHK sebanyak 1095 orang.
"Sangat tidak beradab. PHK massal lewat SMS. Dampaknya anak-anak putus sekolah, perceraian bahkan ada yang meninggal dunia," ucapnya.
Heri dan para AMT menyampaikan empat tuntutan kepada Jokowi, yang juga sudah disuarakan dalam unjuk rasa sebelumnya yang digelar di gedung Kementerian BUMN, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Hukum dan HAM, Pertamina pusat, Pertamina Patra Niaga, dan gedung DPR RI, namun tidak digubris.
Yakni, kembali dipekerjakan dan diangkat sebagai karyawan tetap di PT Pertamina Patra Niaga dan Elnusa Petrofin sebagaimana tercantum dalam nota khusus yang sudah disahkan Pengadilan, pembayaran upah lembur dari tahun 2011-2016, pemenuhan hak bagi AMT usia lanjut sesuai masa kerja dan UU Ketenagakerjaan, serta pembayaran upah selama proses PHK sepihak.
"Sudah 20 bulan nasib kami tanpa kejelasan hukum. Kami meminta keadilan. Ingat, seorang Agnes Monica tidak mungkin bisa konser di mana-mana dan tidak mungkin bisa ke Istana tanpa sumbangsih kami selama ini mendistribusikan BBM ke seluruh SPBU Pertamina," demikian kata Heri. [jto]Sumber : Radarpribumi.com