Oleh:
(Wartawan Joko Budi.S.S.Ip)
Akhir-akhir ini kita disibukkan dengan munculnya beragam informasi di media sosial yang sebenarnya informasi tersebut tidaklah begitu penting untuk kita konsumsi tetapi karena sudah menjadi trending, memacu rasa penasaran untuk mengikuti kelanjutannya dan jika tidak maka orang akan menganggap kita kurang update.
Mengingat kembali bagaimana informasi didapatkan pada jaman dahulu, sebelum sebuah handphone berubah menjadi alat canggih yang dapat menyajikan berbagai macam informasi, media cetak menjadi salah satu pilihan banyak orang untuk mendapatkan informasi selain dari televisi dan radio. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berhasil membuat media cetak terlupakan di masyarakat. Penyebaran informasi kini beralih kesistem digitalisasi dan itu berhasil merubah gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Diera digitalisasi kita begitu dimanjakan, semua orang menginginkan segala sesuatunya praktis dan cepat, informasi juga setiap saat bisa didapat hanya melalui sebuah handphone, membuat dunia seolah-olah berada di dalam genggaman saja. Namun pada kenyataannya perkembangan teknologi informasi bukan saja hanya menyajikan kenyamanan belaka tetapi memiliki sisi negatif seperti menyebarnya berita-berita yang tidak bermanfaat di masyarakat.
Sering kita jumpai di media sosial berita hoaks bermunculan, kadang menyebar begitu cepat di masyarakat. Berita hoaks sengaja dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang dengan beragam tujuan dan tentunya itu untuk mewujudkan kepentingan mereka sendiri dengan maksud menggiring opini publik terhadap sebuah isu, biasanya berita seperti itu muncul dikala sebuah isu mencuat kepermukaan namun masih abu-abu dan masyarakat memiliki pandangan yang berbeda-beda. Mirisnya, fenomena yang terjadi di masyarakat kita saat ini, masih banyaknya orang-orang yang kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mencerna berita yang beredar. Akan sangat berbahaya jika berita seperti itu di konsumsi oleh masyarakat pembaca pemula dan tentunya juga berpengaruh bagi pembaca lama karena dapat menimbulkan multitafsir di masyarakat.
Di sini sikap seorang wartawan dipertanyakan, bagaimana mereka menanggapi berita-berita hoaks. Wartawan sebagai penulis dan penyebar berita diharapkan mampu untuk mengambil langkah-langkah tepat terkait banyaknya berita hoaks. Oleh karena itu literasi berperan penting dalam diri seorang wartawan agar dapat menghasilkan berita bermutu dan berkualitas sesuai dengan 11 pasal kode etik jurnalistik.
Kurangnya kemampuan literasi yang baik dan berpikir kritis, menjadikan seseorang memandang suatu hal hanya berdasarkan kepada perspektif dirinya sendiri tanpa melihat dari kacamata mana dan sudut pandang mana atau beragam perspektif lainnya. Tidak dipungkiri hanya dari sebuah berita hoaks yang sedang trending dapat menimbulkan kericuhan besar di masyarakat.
Melihat profesi seorang wartawan yang sering dianggap sebagai wakil dari suara masyarakat mengenai berbagai peristiwa yang terjadi, maka seorang wartawan dituntut untuk memberikan berita-berita aktual dan terpercaya seperti yang tercantum pada pasal 1 kode etik jurnalistik, wartawan menulis berita yang sesuai dengan kejadian di lapangan akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Apabila wartawan dalam menjalankan profesinya menyimpang dari yang seharusnya dan atau tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik maka berita yang dihasilkan tersebut tidak seharusnya disebarkan ke masyarakat dan apabila disebarkan akan dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat, bukan hanya sampai disitu saja, tetapi karir seorang wartawan juga akan berdampak buruk kedepannya, dan selain itu tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media pemberitaan akan menurun.
Oleh karena itu pentingnya bagi seorang wartawan untuk memiliki kemampuan berliterasi yang baik dalam kelangsungan karirnya agar mampu memahami, memilah dan membaca setiap fenomena-fenomena yang terjadi sehingga menumbuhkan suatu kebiasaan yang baik dan dapat membuatnya menjadi seorang pribadi yang arif bijaksana.